Harga Naik? Siapa Takut?
Harga Naik!!! Siapa Takut?
Masyarakat boleh marah, stress, tertekan, sedih, bingung, atau apapun reaksi negatif yang muncul akibat naiknya harga BBM, TDL dan telpon. Tetapi distributor MLM tidak perlu bingung. Mengapa?
Mengapa kita tidak perlu merisaukan kenaikan harga BBM, TDL dan telpon? BBM disubsidi pemerintah selama ini. Dengan pemerintah kesulitan dana, tentu saja tidak bisa memberi subsidi terhadap BBM. Hal yang sama berlaku untuk listrik. Untuk telpon, Telkom sebenarnya untung, dan alasannya bisa saja kurang tepat di telinga masyarakat, tapi so what? Kenaikan harga terjadi di seluruh dunia. Hanya di Indonesia yang buat bingung. Mengapa? Karena pendapatan orang Indonesia kurang banyak. Jadi solusinya sebenarnya adalah meningkatkan pendapatan.
Mengapa pegawai selalu kalah?
Karena kenaikan gaji pegawai selalu di bawah kenaikan harga barang. Angka "inflasi nasional" boleh menunjukkan angka yang kecil, karena rumus yang entah bagaimana, digunakan untuk menghitungnya. Kalau saya pribadi, menghitungnya gampang saja. Lihat saja kenaikan harga barang, kita ambil rata-ratanya. BBM naik kurang lebih 30%. Atau kalau kita melihat sepanjang tahun 2002, mulai awal tahun sampai akhir tahun, Premium seharga Rp.1,150 naik jadi Rp.1,750. Kenaikannya adalah Rp.600, atau lebih dari 50%! Kalau melihat harga solar, dari Rp.1,440 jadi Rp.1,890, naik Rp.450, itu berarti sekitar 30%. Okelah, kita ambil angka 30% supaya tidak terlalu bingung. TDL juga naik 10% sebanyak 4 kali sepanjang tahun kemarin, dan akan diulangi persis sama sepanjang tahun ini. 10% bila dilakukan 4 kali, itu menghasilkan angka 46% (saya sudah hitung di kalkulator). Telpon naik 33%. Harga-harga kebutuhan lain, naik kurang lebih sama. Ada yang 20%, ada yang 50%, entahlah. Terlihat, rata-rata kenaikan harga barang adalah 30%.
Nah sekarang kita lihat kenaikan gaji pegawai. Pernahkah ada kenaikan gaji sebesar 30% di luar alasan khusus (naik pangkat, nepotisme, prestasi khusus, dsb)? Rata-rata kenaikan gaji adalah 20% maksimal, terjadi hanya 1 tahun sekali. Jelas saja, kalau kenaikan gaji di bawah "inflasi" (versi saya), itu berarti makin lama seseorang bekerja sebagai pegawai, makin dia jadi orang miskin, bukannya jadi kaya.
Bagaimana dengan menabung?
Sama parahnya. Bunga deposito tertinggi hanya 14%. Rata-rata bank memberi sekitar 10%-12%. Deposito valas malah hanya 3%. Inflasi nasional saja belasan persen. "Inflasi" versi saya malah jatuh di angka 30%. Ini membuat "menabung" menjadi kegiatan investasi terjelek dan membuat penabung makin miskin juga.
Demo saja untuk menaikkan gaji! Bisa?
Of course not! Gaji adalah biaya yang harus ditekan. (Makanya, jangan jadi pegawai, yang pendapatanya merupakan biaya orang lain yang harus diminimalkan). Kalau gaji dinaikkan, harga produk akan ikut naik, dan itu kembali lagi ke para pegawai (tercekik lagi deh...).
Bagaimana kalau demo untuk memperluas lapangan kerja?
Yang membuka lapangan kerja adalah swasta, bukan pemerintah. PNS sudah terlalu banyak, sampai-sampai pekerjaan 1 orang dikerjakan 10 orang. Masih kurang baik? Pemerintah sudah "kelenger" membayar gaji PNS, sampai tekor tiap bulan.
Solusinya apa?
Bisnis sendiri dong! Itu sebabnya saya pribadi menjalankan bisnis MLM secara fulltime, karena saya tidak mau pendapatan saya ditentukan orang lain, yang kenaikannya selalu di bawah inflasi. Memang, bisnis tidak harus selalu MLM. Tapi MLM memberi jalan pintas bagi kita untuk masuk ke dunia bisnis dengan biaya murah. Itu sebabnya saya memilih bisnis MLM, yang bebas dari resiko bangkrut maupun resiko-resiko lain. Resiko terjelek di bisnis MLM hanya: prospek membohongi kita, tidak mau menemui kita. Yang mau kita temui, belum tentu gabung. Yang gabung belum tentu jalan. That's it! Kita tidak rugi secara finansial, selain ongkos jalan dan makan.
Jadi mestinya bagaimana?
Fokuslah pada solusi, bukan pada masalah! Mulailah memiliki bisnis sendiri, dan mengapa tidak mempertimbangkan bisnis MLM?
Salam sukses!